POLA-POLA PENDIDIKAN DAERAH PESISIR

Abstraksi
Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan wilayah pesisir yang sangat luas membentang mengelilingi Indonesia. Banyak masyarakat hidup di daerah pesisir yang hidup dari mencari ikan di laut. Potensi laut Indonesia sangat luar biasa, tetapi sayangnya tidak diimbangi dengan kualitas pendidikan yang tinggi.
Dalam masyarakat pesisir terdapat pola-pola pendidikan yang belum tentu sama dengan pola pendidikan masyarakat perkotaan. Masyarakat pesisir sebagian besar menganut pola pendidikan kecakapan hidup. Sekolah formal di daerah pesisir yang sangat terbatas ditunjang dengan fsailias yang kurang memadai membuat pendidikan di daerah pesisir kurang berkualitas selain dikarenakan oleh pola pikir, kultur masyarakat, dan tuntutan ekonomi.
Oleh kerena itu perlu perbaikan dalam pola pendidikan masyarakat pesisir yang bila dimungkinkan sejalan dengan tradisi daerah setempat agar potensi laut kita tidak dikuras habis tanpa ada pelestarian yang baik.


A. Indonesia sebagai Negara Kepulauan
Indonesia sejak dulu telah dikenal sebagai negara maritim yaitu negara yang terkenal dengan masyarakat baharinya dengan jumlah kepulauan 17.508 serta garis pantai 81.000 Km2 dan 5,8 juta Km2 (Budiharsono,2001). Fakta memperlihatkan lebih dari sepertiga atau sama dengan 5.300.000 masyarakat pesisir yang menggantungkan hidupnya dalam pemanfaatan sumber daya pesisir dan pulau kecil masih miskin, yang tersebar di 8.090 desa pesisir yang hampir 80%nya berada di wilayah timur Indonesia (Walhi, 2004).
Sebagai Negara kepulauan, Indonesia tentu saja memiliki kawasan pesisir yang terbentang luas mengelilingi Indonesia. Hal tersebut juga membuat tidak sedikit masyarakat tinggal di daerah pesisir dan bermata pencaharian sebagai nelayan. Masyarakat daerah pesisir umumnya dibagi menjadi empat antara lain :
1. Masyarakat nelayan tangkap, adalah kelompok masyarakat pesisir yang mata pencaharian utamanya adalah menangkap ikan dilaut. Kelompok ini dibagi lagi dalam dua kelompok besar, yaitu nelayan tangkap modern dan nelayan tangkap tradisional. Keduanya kelompok ini dapat dibedakan dari jenis kapal/peralatan yang digunakan dan jangkauan wilayah tangkapannya.
2. Masyarakat nelayan pengumpul/bakul, adalah kelompok masyarakt pesisir yang bekerja disekitar tempat pendaratan dan pelelangan ikan. Mereka akan mengumpulkan ikan-ikan hasil tangkapan baik melalui pelelangan maupun dari sisa ikan yang tidak terlelang yang selanjutnya dijual ke masyarakat sekitarnya atau dibawah ke pasar-pasar lokal. Umumnya yang menjadi pengumpul ini adalah kelompok masyarakat pesisir perempuan.
3. Masayarakat nelayan buruh, adalah kelompok masyarakat nelayan yang paling banyak dijumpai dalam kehidupan masyarakat pesisir. Ciri dari mereka dapat terlihat dari kemiskinan yang selalu membelenggu kehidupan mereka, mereka tidak memiliki modal atau peralatan yang memadai untuk usaha produktif. Umumnya mereka bekerja sebagai buruh/anak buah kapal (ABK) pada kapal-kapal juragan dengan penghasilan yang minim.
4. Masyarakat nelayan tambak, masyarakat nelayan pengolah, dan kelompok masyarakat nelayan buruh.
Indonesia juga dikenal sebagai pemilik kekayaan laut yang luar biasa. Tetapi sayangnya hal itu tidak ditunjang dengan pendidikan yang baik. Masyarakat pesisir masih terbuai dengan kekayaan laut yang melimpah. Bahkan bisa disebut dengan dimanjakan dengan hasil laut yang sebenarnya dapat sewaktu-waktu habis apabila tidak dikelola dengan baik. Hal tersebut yang menjadi penghambat perkembangan pendidikan di daerah pesisir. Mereka masih beranggapan bahwa tanpa pendidikan mereka pun bisa hidup. Menurut mereka hanya dengan dapat menangkap ikan sebanyak-banyaknya mereka bisa menjadi kaya. Jika masih dengan pemikiran yang tradisional tersebut maka tidak memungkinkan pendidikan di daerah pesisir menjadi lebih baik.

B. Masa Awal Masuknya Pendidikan Masyarakat Pesisir
Pendidikan pertama kali masuk di wilayah Indonesia dibawa oleh para pedagang yang berlabuh di pantai daerah pesisir Indonesia. Kemudian pendidikan itu disebarkan sejalan dengan perdagangan. Pendidikan yang diajarkan adalah pendidikan tentang agama. Sehingga yang diajarkan para pedagang adalah tentang apa dan bagaimana agama tersebut.
Pada saat Islam pertama kali di Indonesia melalui daerah pesisir, para pedagang mengajarkan tentang pendidikan yang berbasiskan Islam. Kemudian tumbuhlah pendidikan ala pesantren di Indonesia. Banyak surau dan masjid dibangun sekitar pesisir. Hal tersebut sedikit banyak berpengaruh pada pendidikan mayarakat pesisir menjadi lebih religius yang condong pada Islam.
Selanjutnya pendidikan di pesisir berkembang seiring dengan perkembangan zaman.

C. Perkembangan Pola Pendidikan Masyarakat Pesisir

Pada dasarnya pendidikan merupakan hak semua manusia. Tetapi tidak semua manusia mempunyai kesempatan yang sama dalam mengenyam pendidikan. Masyarakat pada daerah pesisir umumnya memiliki kualitas pendidikan yang relatif rendah apabila dibandingkan dengan masyarakat di daerah pusat kota. Hal itu disebabkan oleh beberapa hal antara lain sarana prasarana serta kultur daerahnya. Kultur daerah pesisir yang hampir seluruh masyarakatnya bekerja sebagai nelayan akan berakibat pendidikan yang berbasis pada laut. Semua hal dalam pendidikan akan dititik beratkan pada eksplorasi laut untuk kehidupan.
Sudah menjadi rahasia umum apabila pengelolaan sumber daya laut kita jauh dari sempurna. Semua yang terkandung dalam laut kita di eksplorasi besar-besaran tanpa ada proses pelestarian yang baik. Hal itu disebabkan oleh pendidikan yang terkesan “sembarangan” untuk masyarakat pesisir.
Pada daerah-daerah terpencil, misalnya daerah pesisir timur Sidoarjo, pelayanan pendidikan dirasa masih sangat kurang dan perlu mendapat perhatian. Hal ini berakibat pada kurangnya pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan. Sebagaian besar pendirian lembaga-lembaga pendidikan sekolah yang diprakasai oleh masyarakat masih berorientasi pada daerah perkotaan, sehingga perlu alternatif layanan pendidikan khususnya bagi masyarakat kurang beruntung (masyarakat miskin, berpindah-pindah, terisolasi, daerah sulit, dan terpencil). Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan dipengaruhi jumlah faktor, di antaranya ketidakmampuan menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas. Hasil-hasil pendidikan juga belum didukung oleh sistem pengujian dan penilaian yang melembaga dan independent, sehingga mutu pendidikan belum dapat di monitor secara obyektif dan teratur. Distribusi guru tidak merata serta pendayagunaannya tidak efisien menyebabkan kinerja guru tidak optimal. Profesionalisme guru masih dirasakan rendah, terutama karena rendahnya komitmen penyiapan pendidikan guru dan pengelolaannya. Kinerja guru yang hanya berorientasi pada penguasaan teori dan hafalan menyebabkan kemampuan siswa tidak berkembang secara optimal dan utuh. Evaluasi kinerja belum ditata dalam suatu sistem akuntabilitas publik, sehingga ouput pendidikan belum akuntanbel dan belum mencapai kualitas yang di inginkan. Pendidikan menjadi kurang bermakna dan tidak menjadi bagian dari kehidupan mereka.Proses belajar mengajar yang menggunakan media pendidikan di sekolah-sekolah masih sangat sulit ditemui. Begitu pula pengajaran di laboraturium biasanya hanya untuk pelajaran IPA, inipun dengan fasilitas sangat minim karena pada umumnya peralatan yang dipunyai sekolah banyak yang rusak dan tak bisa digunakan lagi. Pemakaian komputer di sekolah-sekolah masih jarang dijumpai karena pada umumnya komputer hanya digunakan sebagai pengenalan pemanfaatan teknologi moderen. Jumlah buku paket dengan jumlah siswa sangat tidak berimbang. Ini sangat dirasakan khususnya di daerah yang ekonomi masyarakatnya rendah, di mana masih kesulitan untuk membeli buku sendiri. Guru belum dibiasakan atau diberi kemampuan untuk menciptakan alat sederhana yang lebih kontekstual dalam proses pembelajaran.
Sesuai dengan KTSP yang memperbolehkan setiap daerah membuat pola pendidikannya sendiri maka daerah pesisir tidak menyia-nyiakan hal tersebut. Seperti di daerah Jepara yang memberikan muatan lokal ukir kepada para siswanya, daerah pesisir juga memberikan muatan lokal yang sesuai dengan potensi daerahnya antara lain upaya pengenalan konservasi perikanan serta diajarkan cara-cara menangkap ikan yang ramah lingkungan. Hal tersebut dilakukan agar potensi laut kita tidak dirusak secara percuma oleh masyarakat daerah pesisir itu sendiri.
Pola pendidikan pesisir juga berisi tentang pendidikan kecakapan hidup. Kecakapan hidup sendiri berarti upaya pendidikan dalam meningkatkan kecakapan seseorang untuk melaksanakan hidup secara tepat guna dan berdaya guna. Program pendidikan Life Skill merupakan pendidikan yang dapat memberikan bekal keterampilan yang praktis, terpakai, terkait dengan kebutuhan pasar kerja, peluang usaha dan potensi ekonomi atau industri yang ada di masyarakat. Pada masyarakat pesisir pendidikan kecakapan hidup yang diajarkan adalah berupa cara menangkap ikan yang baik tanpa harus merusak ekosistem laut.
Ciri program masyarakat pesisir yang dapat menjadi perhatian dalam peningkatan kecakapan hidup, meliputi:
1. Dalam wilayah dan kepulauan terdapat lebih dari satu sumber daya alam yang dapat dikelola.
2. Dalam suatu kawasan pesisir biasanya terdapat lebih dari satu kelompok masyarakat yang memiliki keterampilan atau keahlian dan kesenangan bekerja yang berbeda, sebagai petani, nelayan, petani tambak, petani rumput laut, pendamping pariwisata, industri dan kerajinan rumah tangga dan lain-lain yang secara tradisi menekuni suatu bidang pekerjaan.
3. Pola hubungan/interaksi sosial ekonomi antar lapisan masyarakat.
Pendekatan pola Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education) yang menjadi bagian dari peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif solusi yang bijak dalam penanganan masyarakat pesisir dan pulau-pulau terpencil guna mendapatkan kesempatan yang sama dalam merasakan dunia pendidikan yang mendukung dan mengisi pembangunan.
Pengembangan sistem pada program PKH dilakukan dengan tiga tahapan pembelajaran untuk satu jenis keterampilan yang dikembangkan,yaitu :
1. Teori
Pemberian teori sesuai dengan pengetahuan dan jenis keterampilan yang dikembangkan dengan penyajian materi pembelajaran yang difokuskan pada pemenuhan pengetahuan secara akademik baik secara lisan maupun tertulis, sehingga peserta didik mendapat pemahaman tentang apa yang dipelajari.
2. Pengamatan
Pengamatan bertujuan menghantar para peserta didik dalam memahami dan menganalisa kegiatan keterampilan terkait dengan pengetahuan secara akademik dan secara operasional. Hal ini dilakukan oleh narasumber/instruktur dalam bentuk simulasi sebelum peserta didik melakukan uji coba melalui praktek keterampilan.
3. Praktek Keterampilan
Praktek keterampilan dilakukan setelah melalui tahapan tersebut di atas, dimana peserta didik melakukan proses perlakuan secara mandiri / kelompok guna memberikan keleluasan dalam membuat produk tertentu yang disesuaikan dengan materi keterampilan yang telah disimulasikan oleh narasumber/instruktur.
Berikut adalah contoh pola pendidikan kecakapan hidup untuk masyarakat pesisir :
1. Materi pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik meliputi :
a. Penangkapan
b. Budidaya perikanan sesuai dengan potensi lokal
c. Pengolahan hasil perikanan
d. Manajemen Usaha
e. Kapal ikan dan Permesinan
2. Jadwal pembelajaran
Jadwal pembelajaran dibuat guna menentukan kegiatan pembelajaran keterampilan, sehingga dalam menentukan jumlah jam pelajaran dilakukan dengan pelibatan kelompok belajar. Sedangkan waktu pembelajaran dilaksanakan berdasarkan kesepakatan antara narasumber/ instruktur, peserta didik dan penyelenggara/ pengelola program.
3. Sistem pembelajaran
Pengembangan system pembelajaran keterampilan pada program Pendidikan Kecakapan Hidup dilakukan dengan pemberian pengetahuan yang dilaksanakan berjenjang dan terstruktur. Pengembangan system pembelajaran digali dari potensi lokal melalui hasil identifikasi kebutuhan belajar masyarakat.


Daftar Pustaka
Penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup masyarakat pesisir dan pulau terpencil http://www.bpplsp-reg5.go.id/ download/ pedoman_ pkh_ pesisir. doc. Diunduh tanggal 26 November 2007
Syarief, Efrizal. Pembangunan kelautan dalam konteks pemberdayaan masyarakat pesisir. sidoarjo.sytes.net/ bappekab/ 02-info-terbaru/renbang/Edisi-iv/fokus.doc. Diunduh 27 November 2007
Tugas Kita Belum Usai. bakti.easternindonesia.org/ gsdl/ collect/ pdf/ index/ assoc/ HASH2d59.dir/ doc.pdf. Diunduh 27 November 2007
www.mail-archive.com/cikeas@yahoogroups.com/. Diunduh 26 November 2007

Pentingnya Komunikasi dalam Manajemen Sekolah sebagai Upaya Tercapainya Tujuan Sekolah.

Komunikasi
Pengertian :
Komunikasi adalah proses menyalurkan informasi, ide, penjelasan, perasaan, pertanyaan dari orang ke orang atau dari kelompok ke kelompok. Komunikasi adalah proses interaksi antara orang-orang atau kelompok-kelompok yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku orang-orang dan kelompok-kelompok dalam suatu organisasi. (Oteng Sutisna, 1989)
Komunikasi dapat diartikan sebagai usaha untuk menyampaikan maksud tertentu kepada orang lain sehingga orang tersebut dapat memahami maksud yang disampaikan. Komunikasi dapat juga diartikan sebagai suatu proses penyampaian makna (meaning) dari pengirim kepada penerima, dengan menggunakan media tertentu. (Fandy Tjiptono & Anastasia Diana, 2001)

Prinsip-prinsip :
Prinsip dasar komunikasi menurut Seiler (1988) dalam Arni Muhammad (2002) antara lain :
1.Komunikasi adalah suatu proses :
Komunikasi adalah suatu proses karena merupakan suatu seri kegiatan yang terus menerus, yang tidak mempunyai permulaan atau akhir dan selalu berubah-ubah. Komunikasi juga melibatkan suatu variasi saling berhubungan yang kompleks yang tidak pernah ada duplikat dalam cara yang persis sama yaitu saling berhubungan di antara orang, lingkungan, keterampilan, sikap, status, pengalaman, dan perasaan. Suatu perubahan dapat terjadi karena adanya proses komunikasi.
2.Komunikasi adalah suatu sistemik :
Komunikasi terdiri dari beberapa komponen dan masing-masing komponen tersebut mempunyai tugasnya masing-masing. Tugas dari masing-masing komponen itu berhubungan satu sama lain untuk menghasilkan suatu komunikasi. Sehingga sebuah komunikasi adalah suatu sistemik.
3.Komunikasi bersifat interaksi dan transaksi :
Yang dimaksud dengan interaksi adalah bertukar komunikasi secara bergantian. Sedangkan transaksi adalah proses menyandi pesan yang dilakukan bersamaan dengan menginterpretasikan pesan yang diterima.
4.Komunikasi dapat terjadi disengaja maupun tidak disengaja
Komunikasi yang disengaja terjadi apabila pesan yang mempunyai maksud tertentu dikirimkan kepada penerima yang dimaksudkan. Sedangkan komunikasi tidak sengaja adalah apabila pesan yang tidak sengaja dikirimkan ata tidak dimaksudkan untuk orang tertentu diterima oleh orang tersebut.

Unsur-unsur :
Unsur-unsur proses komunikasi menurut Oteng Sutisna (1989) antara lain :
1.Sumber : seorang komunikator yang mempunyai sejumlah kebutuhan, ide, atau informasi untuk diberitahukan
2.Tujuan : yang umumnya dinyatakan dalam kata-kata perbuatan yang oleh komunikasi diharapkan akan dicapai
3.Berita : diperlukan untuk menyatakan fakta, perasaan, ide, yang dimaksudkan untuk membangkitkan respon di pihak yang ditujukan
4.Saluran : sebagai penghubung antara sumber berita dengan penerima berita
5.Penerima berita : seseorang yang menerima berita dari komunikator

Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam upaya tercapainya tujuan :
Komunikasi memegang peranan penting dalam menunjang kelancaran aktifitas. Tanpa komunikasi maka maksud bersama tidak dapat dipahami dan diterima oleh semua anggota organisasi. Selain itu tanpa komunikasi maka tidak terjadi koordinasi yang menyebabkan tercapainya tujuan organisasi. Komunikasi merupakan hal yang sangat pokok bagi eksistensi suatu organisasi.
Komunikasi adalah sangat penting dalam menangani semua masalah yang muncul dalam setiap organisasi. Komunikasi sangat penting bagi pembuatan putusan. Agar bisa membuat putusan yang rasional diperlukan tersedianya semua keterangan yang mungkin tentang alternatif-alternatif serta konsekuensi-konsekuensinya. Keterngan serupa hanya dapat dibuat melalui komunikasi. Demikian juga kekuatan merancang, mengorganisasi, dan menilai selalu bergantung kepada kualitas komunikasi. (Oteng Sutisna, 1989)

Agar komunikasi menjadi efektif maka komunikasi harus dilakukan dengan proses tiga arah, yaitu :
Komunikasi ke bawah :
Komunikasi kebawah biasanya mengenai soal-soal kebijaksanaan, prosedur, instruksi atau keterangan yang bersifat umum. Komunikasi tersebut dapat melalui tatap muka, telepon, surat edaran, papan pengumuman, maupun alat lain. Praktek yang baik yaitu apabila administrator menyampaikan informasi dan instruksi itu hanya kepada orang-orang yang berada langsung dibawahnya, dan mengijinkan mereka untuk meneruskan informasi dan instruksi itu kepada orang-orang yang langsung dibawah mereka. (Oteng Sutisna, 1989)
Komunikasi ke atas :
Dalam sistem sekolah komunikasi ke atas berjalan dari guru ke kepala sekolah ke kepala kantor pendidikan ke enteri pendidikan. Komunikasi keatas membantu administrator untuk mengetahui apkah pikiran-pikiran yang disalurkan ke bawah dapat diterima, menggalakkan para anggota untuk menyumbangkan ide-ide berharga, dan memugkinkan administrator untuk menghindarkan administrator dari situasi sulit yang mungkin timbul. Selain itu komunikasi ke atas memungkinkan paraanggota untuk dapat lebih menyesuaikan diri dengan tujuan sekolah dan program-programnya. (Oteng Sutisna, 1989)
Komunikasi ke samping atau mendatar :
Komunikasi mendatar adalah bentuk lain dari komunikasi organisasional. Komunikasi mendatar penting karena memungkinkan penyebaran keterangan dan pikiran di kalangan para anggota staf sendiri dan membantu menjalin mereka menjadi kelompok profesional dan sosial yang terpadu. (Oteng Sutisna, 1989)
Komunikasi ini memungkinkan guru-guru untuk dapat berkomunikasi dengan sesama guru, kepala sekolah dengan kepala sekolah lain, pengawas dengan pengawas lain.

Cara untuk meningkatkan kualitas komunikasi antara lain :
Menurut Oteng Sutisna (1989) cara untuk mengembangkan proses komunikasi yang baik, administrator perlu memahami orang dan kelompok yang membentuk sebuah organisasi. Tidak ada komunikasi yang efektif kecuali sistem sekolah menggalakkan para anggota organisasi untuk bebas menyatakan perasaan dan pikiran mereka.
Komunikasi dalam sebuah organisasi dibedakan menjadi dua yaitu komunikasi formal dan komunikasi informal. Komunikasi formal adalah komunikasi yang terjalin secara formal antara personil organisasi, sedangkan komunikasi informal yaitu komunikasi yang terjalin karena unsur keterdekatan antara personil organisasi yang biasanya berbentuk pertemanan atau persahabatan. Kedua sistem komunikasi tersebut sangat berpengaruh dalam efektifitas organisasi. Oleh kerena itu kedua sistem komunikasi tersebut harus berjalan dengan baik. Menurut Oteng Sutisna (1989) sistem komunikasi formal hendaknya dirancang dengan pemahaman penuh tentang maksud dan kondisi yang menandai sistem pendidikan, dan hendaknya menggunakan prosedur yang sesuai dengan maksud dan kondisi tersebut. Sedangkan untuk meningkatkan kualitas komunikasi informal, administrator hendaknya melakukan setiap usaha yang mungkin untuk memajukan suasana ramah, rukun, dan kooperatif dalam hubungan-hubungan langsung yang formal di kalangan personil, supaya sistem komunikasi informal cenderung untuk memperkuat, dan bukan merintangi efisiensi organisasi.

Komunikasi Intern Sekolah
Pengertian :
Komunikasi intern adalah komunikasi yang terjalin antara komponen sekolah yang terdiri dari kepala sekolah, guru, staf tata usaha, dan siswa. (Sutomo dkk, 2006)

Tujuan :
Tujuan dari komunikasi intern adalah agar setiap personil sekolah dapat bekerja dengan tenang dan menyenangkan serta terdorong untuk berprestasi dengan baik dan mengerjakan tugas dengan penuh kesadaran. (Sutomo dkk, 2006)

Manfaat :
Manfaat yang dapat dirasakan dari komunikasi intern adalah akan memberikan kemudahan dan keringanan dalam melaksanakan serta memecahkan persoalan sekolah. Sehingga semua personil sekolah dapat menyamakan langkah alam mencapai tujuan secara efektif dan efisien. (Sutomo dkk, 2006)

Prinsip-prisip :
Dalam komunikasi intern hendaknya dapat diikat dengan ikatan profesional yakni “tata krama” dan sesuai dengan kode etik. Kepala sekolah hendaknya menggunakan prinsip demokrasi dan harus menganggap guru sebagai partner dalam kelompok. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan kepala sekolah antara lain :
1.Bersikap terbuka, tidak memaksakan kehendak, tapi bertindak sebagai fasilitator yang mendorong suasana demokratis dan kekeluargaan
2.Mendorong guru untuk mau dan mampu mengemukakan pendapatnya dalam memecahkan suatu masalah, dan mendorong supaya guru mau melaksanakan aktifitas dan berkreatifitas
3.Mengembangkan kebiasaan untuk berdiskusi secara terbuka dan mendengarkan pendapat orang lain
4.Mendorong para guru dan pegawai untuk mengambil keputusan yang terbaik dan menaati keputusan itu
5.Berlaku sebagai pengarah, pengatur pembicaraan, perantara, dan pengambil kesimpulan secara redaksional.(Sutomo dkk, 2006)

Komunikasi Ekstern
Pengertian :
Komunikasi ekstern merupakan komunikasi sekolah dengan masyarakat dan orang tua siswa baik secara individual maupun lembaga. (Sutomo dkk, 2006). Menurut Mulyasa (2002) komunikasi ekstern merupakan bentuk hubungan sekolah dengan lingkungan eksternal di sekitarnya, untuk mendapatkan masukan dari lingkungannya berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah.

Hubungan sekolah dengan orang tua siswa :
Hubungan sekolah dengan orang tua siswa dapat dijalin melalui berbagai cara yaitu adanya kesamaan tanggung jawab dan adanya kesamaan tujuan. (Sutomo dkk,2006)
1.Tujuan hubungan sekolah dengan orang tua siswa :
   a.Saling membantu dan saling isi mengisi, dengan memahami kekurangan dan kelemahan anak, guru, dan orang tua siswa dapat bersama-sama membinanya
   b.Bantuan uang dan barang, baik secara perorangan maupun melalui lembaga yang disebut BP3
   c.Untuk mencegah perbuatan yang kurang baik
  d.Bersama-sama membuat rencana yang baik untuk sang anak, misalnya mengembangkan bakat olah raga, musik, seni tari, seni lukis dan sebagainya. (Sutomo dkk,2006)

2.Cara menjalin hubungan sekolah dengan orang tua
a.Melalui dewan sekolah (Komite Sekolah)
Dewan sekolah adalah suatu lembaga yang perlu dibentuk dalam rangka pelaksanaan MBS. Anggota dewan sekolah terdiri dari kepala sekolah, guru, beberapa tokoh masyarakat serta orang tua siswa yang memiliki potensi dan perhatian terhadap pendidikan. Pada hakikatnya dewan sekolah ini dibentuk untuk membantu menyukseskan kelancaran proses belajar-mengajar di sekolah, baik menyangkut perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian. Dibentuknya dewan sekolah terutama dalam kaitannya dengan masalah relevansi pendidikan yang akan diwujudkan melalui MBS agar apa yang dilaksanakan sekolah sejalan dan selaras dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat
b.Melalui BP3, BP3 adalah organisasi orang tua siswa yang bertugas dan berfungsi untuk memberikan bantuan penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Bantuan ini terutama dalam kaitannya dengan masalah sarana dan prasarana penunjang kegiatan belajar-mengajar.
c.Melalui pertemuan penyerahan buku laporan pendidikan
d.Melalui ceramah ilmiah, yang membahas masalah yang berkaitan dengan peningkatan prestasi siswa. (Mulyasa, 2002)

Hubungan sekolah dengan masyarakat :
Sekolah merupakan lembaga sosial yang tidak dapat dipisahkan dengan dari masyarakat lingkungannya, sebaliknya masyarakatpun tidak dapat dipisahkan dengan sekolah. Sekolah merupakan lembaga formal yang diserahi tugas untuk mendidik, melatih serta membimbing generasi muda bagi peranannya di masa depan, sementara masyarakat merupakan pengguna jasa pendidikan.
1.Tujuan Hubungan antara sekolah dengan masyarakat
a.Berdasarkan kepentingan sekolah
memelihara kelangsungan hidup sekolah
meningkatkan mutu pendidikan sekolah
memperlancar kegiatan belajar mengajar
memperoleh bantuan dan dukungan masyarakat
b.Berdasarkan kepentingan masyarakat
memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
memperoleh masukan dari sekolah dalam memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat
menjamin relevansi program sekolah dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat
memperoleh kembali anggota masyarakat yang terampil dan makin meningkat kemampuannya. (Sutomo dkk,2006)

2.Bidang kerjasama sekolah dengan masyarakat
Hubungan sekolah dengan masyarakat antara lain lewat bidang pendidikan, kesenian, olah raga dan keterampilan serta pendidikan bagi anak berkelainan.


DAFTAR PUSTAKA

Muhammad, Arni. 2002. Komunikasi Organisasi. Jakarta : PT Bumi Aksara
Mulyasa, E. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah : Konsep, Strategi, dan Implementasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Sutisna, Oteng. 1989. Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional. Bandung : Angkasa
Sutomo,dkk. 2006. Manajemen Sekolah. Semarang : Unnes Press
Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. 2001. Total Quality Management. Yogyakarta : Andi